Catering Rahayu Milik Ibuku

Catering Rahayu Lumajang – Satu minggu setelah hari raya tahun ini. Ada pengalaman cukup menyenangkan yang sayang jika tak kuceritakan kepada pembaca. Itu dimana Ibuku tercinta mendapatkan salah satu orderan makanan yang cukup besar daripada orderan sebelumnya.

Kebetulan aku sedang ada di rumah. Jadi bisa ikutan membantu beliau dan belajar lebih dalam tentang salah satu pekerjaan Ibuku, memasak.

Perlu pembaca ketahui. Aku, walau seorang yang dikatakan anak rumahan oleh tetangga sebelah. Namun mereka tidak pernah tahu, aku orangnya sering keluar rumah dengan waktu yang cukup lama pun dengan alasan yang tak jelas.

Alasan sebenarnya sih simple, aku orang yang butuh kebebasan di luar.

Oke kembali ke cerita utama.

Catering Sederhana Milik Ibu

Ibuku punya banyak keahlian yang menjanjikan. Mulai dari menjahit, memasak, dan tentunya mendidik anak. Hehe..

Dan karena itulah Beliau juga membuka layanan catering khusus di kota kami, Lumajang. Walau masih merintis dan masih beberapa saudara dan tetangga yang memesan, namun kami yakin suatu saat bisnis layanan Catering milik Ibuku bisa berkembang dan bersaing dengan catering Lumajang lainnya, bahkan kalau bisa sampai ke kota tetangga.

Catering kami melayani berbagai macam makanan dan pelayanan, seperti nasi kotak, kue, tumpeng, aqiqah, catering skala kecil maupun besar, dan banyak hal lain yang berhubungan dengan makanan.

Memulai Pengerjaan Lebih Awal

Catering kali ini adalah pesanan dari tetangga yang masih satu desa dan tak cukup jauh jaraknya dari rumah. Dan tiga hari sebelum pergi ke tempat pemesan, kami mulai bersiap.

Kami mulai membeli dan membuat bahan-bahan bumbu yang diperlukan nanti disaat hari jadi. Semua bahan ini dibuat lebih awal agar disaat memasak di tempat pemesan makanan kami bisa langsung bergegas lebih cepat tanpa harus repot dengan bumbu.

Cukup banyak bumbu yang harus dipersiapkan, kebetulan satu pekerja yang ikut dengan kami adalah tetangga sendiri. Ditambah kami sekeluarga yang ikut bahu membahu dalam proses ini, membuat pekerjaan ini terasa ringan, walaupun baru selesai setelah 2 hari berlalu.

Hari itu hari yang ditunggu-tunggu, kami sekeluarga turut serta dalam acara itu juga untuk membantu Ibu. Ditambah pula empat orang teman Ibu yang memang diminta oleh ibuku untuk ikut. Sebenarnya mereka adalah teman kerjanya di pabrik. Namun karena waktu memang libur, mereka bisa diajak untuk ikut membantu kami.

Persiapan Sebelum Acara

Belum tiba waktu subuh, kami sudah mulai menyiapkan bumbu yang telah jadi untuk diangkut ke kereta dorong kami. Kebetulan jaraknya masih satu desa sehingga cukuplah tanpa harus menyewa motor.

Sampai di tempat tujuan, semua barang kami turunkan dan segeralah menuju dapur yang sudah disediakan oleh pemilik hajat kepada kami untuk memasak makanan yang telah dipesan. Kami juga harus menyembelih beberapa kambing untuk dijadikan bahan masakan.

Dalam memisah dan memotong dagingnya, sebenarnya itu kali kedua aku setelah sebelumnya pernah juga disaat menjadi salah satu panitia Qur’ban saat di sekolah dulu. Jadi tidak begitu kelihatan kikuk. Apalagi disana banyak anak laki-laki, kalau tidak bisa kan memalukan sekali.

Setelah usai, semua daging sudah dipisah. Bagian jeroan mulai dicuci, namun aku tidak ikut dalam kegiatan tersebut. Aku mengerjakan hal lain, memotong daging sampai kecil-kecil. Daging ini rencananya akan digunakan untuk bahan sate, gulai, dan rawon.

Memang cukup banyak yang harus dipotong dan dipilah. Daging ini hasil sembelih dari 3 ekor kambing. Capek? Tidak juga. Aku juga dibantu oleh dua orang teman Ibuku yang ikut bekerja, jadi pekerjaan lebih cepat selesai.

Kecepatan kami bekerja disini juga penting, karena jam 9 siang semua masakan utama harus selesai. Acara yang diadakan akan berlangsung pada jam 10 sampai jam 3 sore. Itu yang membuat kami harus benar-benar bekerjasama dalam menyelesaikannya.

Menjaga dan Mengontrol Makanan

Jam 9 pagi sudah tiba. Kami mulai bersiap untuk membawa dan menyiapkan makanan yang sudah masak di tempat penyajian. Dan ditargetkan sebelum jam sepuluh sudah selesai. Aku dan adik kebetulan kebagian untuk menjaga dan mengontrol makanannya nanti.

Kami menata dengan membagi menjadi tiga bagian makanan, pertama bagian untuk tamu di luar, kedua bagian untuk tamu di dalam yang biasanya akan di isi oleh keluarga dekat pemilik hajat, dan ketiga bagian makanan penyuci mulut berupa bakso dan juga es.

Setelah persiapan selesai, aku dan adik segera mengganti baju yang lebih sopan untuk ikut dalam penjagaan dan mengontrol makanan.

Jam 10 waktu setempat, Manten dan para undangan datang. Manten laki-lakinya berasal dari kota tetangga, Jember. Seorang wirausahawan muda baik online maupun offline di bidang rental mobil dan juga seorang juragan ternak.

Acara dimulai dari akad nikah, lalu pengenalan antar anggota keluarga mereka. Sedangkan aku berdiri di luar di samping meja makan untuk bersiap. Setelah acara selesai, barulah acara inti. Yaitu makan-makan antar anggota keluarga.

Saat itulah peran aku dan juga adikku. Kami harus siap sedia untuk menjaga dan mengontrol makanan agar selalu terisi dengan banyak di tempatnya.

Jika sudah mulai terlihat habis, kita harus mengisi dengan persediaan makanan cadangan yang telah disiapkan. Dan jika makanan cadangan juga akan habis, aku harus pergi ke dapur untuk memberitahu dan atau mengambil makanan cadangan lain yang tidak ikut disertakan tadi di depan.

Untuk kalangan keluarga, acara ini berjalan sampai sekitar pukul 11 siang. Kita beristirahat sejenak karena acara memang dijeda selama waktu dhuhur berlangsung. Namun ada saja tamu yang datang sehingga kami mau tidak mau melakukan shift selama dhuhur.

Acara pernikahan tersebut mulai aktif kembali sehabis shalat dhuhur. Waktu itu giliran para tetangga dan tamu undangan dari luar yang datang. Cukup banyak undangan yang datang sempat membuat kami kewalahan.

Ditambah lagi aku juga harus mengangkut bekas mangkok dan piring yang selesai digunakan ke dapur umum untuk dicuci kembali sebelum akhirnya aku bawa lagi kedepan untuk digunakan lagi.

Untungnya ada tambahan orang yang akhirnya ikut membantu pekerjaanku sehingga menjadi lebih ringan dari sebelumnya.

Alhamdulillah Lancar, Waktunya Pulang

Sore hari sudah tiba, sesuai waktu yang telah dipesan. Acara akhirnya harus kami sudahi, aku, adik, dan beberapa teman dari Ibu yang ikut membantu, mulai membereskan sisa-sisa makanan yang belum habis beserta tempatnya.

Namun bukan berarti sisa makanan itu menjadi hak kami. Dikarenakan yang memesan sudah membayar kami, jadi kami harus meminta dahulu kepada pemilik pesanan jika ingin meminta jatah makanan yang tersisa.

Dikasihlah itu beberapa sisa makanan untuk bisa kami bawa pulang dan nikmati, semua yang turut serta juga mendapatkan bagian yang sama. Dan itu merupakan bagian rezeki lebih yang bisa kami nikmati sekeluarga jika ada pesanan makanan yang cukup besar ordernya.

Setelah beberapa jam dari itu, semua peralatan makanan yang kami bawa sudah di rapikan dan siap untuk di bawah pulang kembali. Beserta beberapa kue dan makanan yang dikasih oleh tuan rumah, semuanya menyatu dalam satu kereta yang kami bawah.

Kami berjalan pulang bersama, pelan tapi pasti akhirnya kami sampai rumah. Hari itu memang cukup melelahkan, namun juga cukup berharga. Biasanya aku hanya membantu persiapan di rumah saja, namun saat itu aku ikut turun langsung proses di lapangan. Menjadikan aku lebih mengetahui dunia Ibuku.